Jangan Terprovokasi! Ini 10 Cara Ampuh untuk Mengenal dan Menghindari Ujaran Kebencian di Media Sosial

Halo, sobat netizen! Apa kabar? Pasti lagi asyik-asyiknya main media sosial, ya? Emang sih, media sosial itu seru banget. Bisa ngapain aja, dari pagi sampai malam, dari bangun tidur sampai bobo lagi. Bisa update berita, bisa curhat, bisa nongkrong, bisa bisnis, bisa apa aja deh. Pokoknya, media sosial itu udah kayak dunia kedua kita, ya kan?

Tapi, jangan salah lho, media sosial itu juga punya sisi gelap yang bisa bikin kita kena masalah. Apa itu? Namanya ujaran kebencian. Tau nggak sih, ujaran kebencian itu apa?

Menurut KBBI, ujaran kebencian itu pernyataan yang mengandung unsur permusuhan, kebencian, atau penghinaan terhadap seseorang atau kelompok orang tertentu berdasarkan suku, agama, ras, antargolongan, jenis kelamin, orientasi seksual, atau identitas lainnya. Ujaran kebencian bisa berupa kata-kata, gambar, video, atau simbol yang menimbulkan rasa tidak suka, marah, benci, atau takut pada orang atau kelompok yang dituju.

Nah, ujaran kebencian itu nggak boleh kita anggap sepele. Soalnya, ujaran kebencian itu bisa berakibat fatal, buat kita sendiri dan orang lain. Ujaran kebencian itu bisa melanggar hak asasi manusia, bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, bisa menimbulkan konflik, kekerasan, bahkan terorisme. Ujaran kebencian juga bisa merusak kesehatan mental kita, karena bikin kita stres, depresi, atau trauma. Makanya, kita harus pintar-pintar nih, ngelola media sosial kita supaya nggak kena ujaran kebencian. Gimana caranya? Ini ada 10 tips yang bisa kita coba:

  1. Jangan mudah percaya sama informasi yang belum tentu benar. Cek dulu kebenarannya dari sumber yang terpercaya, misalnya situs resmi pemerintah, lembaga penelitian, media massa, atau organisasi masyarakat sipil. Jangan asal sebar informasi yang bisa menyesatkan, menakutkan, atau menjelekkan orang lain. Ingat, hoax itu bisa bikin kita kena sanksi hukum, lho. Jadi, jangan sampai kita jadi penyebar hoax, ya.

  2. Jangan ikut-ikutan nyinyir, ngebully, atau nge-hate orang lain yang beda pendapat, pandangan, atau gaya hidup sama kita. Kita harus saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada di antara kita. Kita juga harus bersikap sopan, santun, dan beradab dalam berkomunikasi di media sosial. Jangan lupa pakai emoticon yang positif, ya. 😊 Emoticon itu bisa bikin suasana jadi lebih hangat dan ramah, lho. Jangan pakai emoticon yang negatif, ya. 😠 Emoticon itu bisa bikin suasana jadi lebih dingin dan bermusuhan, lho.

  3. Jangan terprovokasi dengan ujaran kebencian yang ditujukan ke kita. Kita harus tetap tenang, bijak, dan rasional. Kita bisa melaporkan ujaran kebencian yang melanggar hukum ke pihak yang berwenang, misalnya polisi, komnas HAM, atau kominfo. Kalo maum kamu cukup memblokir atau melaporkan ajah, akun yang menyebarkan ujaran kebencian ke platform media sosial yang bersangkutan. Jangan balas dengan ujaran kebencian juga, ya. Karena itu bisa bikin kita jadi sama aja kayak mereka.

  4. Jangan menyebarkan ujaran kebencian ke orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kita harus sadar bahwa ujaran kebencian itu bisa berdampak negatif bagi kita sendiri dan orang lain. Kita harus bertanggung jawab atas apa yang kita ucapkan, tulis, atau bagikan di media sosial. Jadi, kita harus memilih kata-kata yang konstruktif, edukatif, dan inspiratif. Misalnya, kita bisa berbagi kata-kata mutiara, motivasi, atau nasihat yang baik dan benar. Kita juga bisa berbagi meme, quote, atau puisi yang lucu, kocak, atau gokil.

  5. Jangan diam aja lihat ujaran kebencian yang ada di media sosial. Kita harus berani speak-up dan beraksi untuk melawan ujaran kebencian. Kita bisa memberikan koreksi, klarifikasi, atau konfirmasi terhadap informasi yang salah atau menyesatkan. Kita juga bisa memberikan dukungan, semangat, atau solidaritas kepada korban ujaran kebencian, dengan cara mengajak orang lain untuk ikut berpartisipasi dalam gerakan anti ujaran kebencian. Misalnya, kita bisa bikin hashtag, challenge, atau campaign yang bertujuan untuk menghapus ujaran kebencian dari media sosial.

  6. Jangan cuma fokus sama hal-hal negatif yang ada di media sosial. Kita harus mencari dan menyebarluaskan hal-hal positif yang ada di sekitar kita, misalnya, berbagi cerita, pengalaman, atau prestasi yang membuat kita bangga, senang, atau bahagia. Kita juga bisa berbagi tips, trik, atau ilmu yang bermanfaat, menarik, atau menghibur, seperti berbagi video, atau gambar yang lucu, kocak, atau gokil. Dengan begitu, kita bisa membuat media sosial kita jadi lebih cerah, ceria, dan cemerlang.

  7. Jangan lupa untuk menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan dunia maya. Kita harus mengatur waktu dan frekuensi dalam menggunakan media sosial. Kita harus menyisihkan waktu untuk melakukan aktivitas lain yang lebih penting, produktif, atau menyenangkan. Misalnya, belajar, bekerja, beribadah, berolahraga, bersosialisasi, atau berhobi. Kita juga harus menjaga kesehatan fisik dan mental kita dengan istirahat yang cukup. Jangan sampai kita jadi kecanduan media sosial, ya. Karena itu bisa bikin kita jadi lupa sama kewajiban dan tanggung jawab kita di dunia nyata.

  8. Jangan terjebak dalam filter bubble atau echo chamber yang membuat kita hanya melihat atau mendengar hal-hal yang sesuai dengan pandangan atau preferensi kita. Kita harus membuka diri untuk mengenal dan memahami sudut pandang atau perspektif yang berbeda dari kita. Kita bisa mengikuti atau berinteraksi dengan akun-akun yang memiliki latar belakang, minat, atau tujuan yang beragam. Kita juga bisa membaca atau menonton konten-konten yang informatif, kritis, atau berimbang. Dengan begitu, kita bisa memperluas wawasan, pengetahuan, dan pengalaman kita, serta bisa menghargai perbedaan yang ada di antara kita.

  9. Jangan menganggap media sosial sebagai tempat untuk mencari validasi, pengakuan, atau penghargaan dari orang lain. Kita harus menghargai diri kita sendiri dan tidak tergantung pada jumlah like, comment, share, atau follower yang kita dapatkan. Kita harus menghindari perbandingan, iri hati, atau minder dengan orang lain yang tampak lebih sukses, bahagia, atau populer di media sosial. Kita harus ingat bahwa media sosial tidak selalu mencerminkan kenyataan yang sebenarnya. Jadi, jangan sampai kita jadi korban dari sindrom FOMO (Fear of Missing Out) atau sindrom FOBO (Fear of Being Offline), ya.

  10. Jangan lupa untuk bersyukur dan berbagi kebaikan yang kita terima atau rasakan di media sosial. Kita harus mengapresiasi orang-orang yang telah memberikan kita dukungan, bantuan, atau inspirasi di media sosial. Kita juga harus berterima kasih kepada orang-orang yang telah memberikan kita kritik, saran, atau masukan yang bermanfaat di media sosial. Kita juga harus berempati dan peduli dengan orang-orang yang membutuhkan bantuan, dukungan, atau perhatian di media sosial.

Nah, itu dia 10 tips yang bisa kita coba untuk ngelola media sosial kita supaya nggak kena ujaran kebencian. Semoga tips-tips ini bisa bermanfaat buat kita semua, ya. Kita harus ingat, media sosial itu adalah alat yang bisa kita gunakan untuk hal-hal yang positif, seperti belajar, berbagi, bersosialisasi, dan berkreasi. Tapi, media sosial juga bisa jadi senjata yang bisa kita gunakan untuk hal-hal yang negatif, seperti menyebarkan hoax, ujaran kebencian, atau bullying. Jadi, kita harus bijak dan bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial. Kita harus jadi bagian dari solusi, bukan polusi. Kita harus jadi agen perubahan, bukan agen kebencian. Kita harus jadi pembawa damai, bukan pembuat cerai berai. Kita harus jadi netizen yang asik, bukan netizen yang licik. Dari saya, cukup sekian, dan terimakasih. Yuhuu...!

Komentar

Copyright © 2020 Ican.